NGOBROL PINTAR DAN SONJO KAMPUNG DESA SUMBERREJO KECAMATAN PURWOSARI KABUPATEN PASURUAN

saling silang ide bersama Tri Utami (jaringan Kampung Nusantara) para pembakti kampung .desa kab.pasuruan

japungnusantara.com. Pasuruan Creative Network (PANCENE) pada tanggal 6 Januari 2019 melakukan kegiatan kolaborasi Ngobrol Pintar dan Sonjo Kampung di River Tubbing Jumpinang Desa Sumberrejo Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan dengan tema Saling Silang Ide tentang Membangun Masa Depan dari Desa.  Kegiatan dipandu oleh Ketua PANCENE Ali Bahroni dan diikuti 37 orang pelaku ekonomi kreatif dari berbagai sektor diantaranya fashion, kuliner, film dan video, serta penerbitan.  Pelaksanaan kegiatan didampingi oleh kretaor Kampung Cempluk dan JaPung Nusantara Redy Eko Prastyo, artis Trie Utami dan Ir. Rully Fabrian serta perwakilan pejabat setempat dari Bappeda, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Camat Purwosari, Kades Sumberrejo, Kasun Manggihan, Ketua Karang Taruna dan para aktivis Manggihan Adventure.  Kegiatan yang diawali jam 13.00 WIB hingga larut malam itu mendiskusikan beberapa hal penting, antara lain:

  1. Ali Bahroni, Ketua PANCENE:

Pentingnya berjejaring antar kampung untuk saling menguatkan para pembakti di tiap kampung serta melestarikan budaya gotong- royong demi memastikan terwujudnya kedaulatan rakyat. Kegiatan di Sumberrejo diharapkan akan beresonansi ke kampung-kampung yang lain di Kabupaten Pasuruan.

  1. Eka Wara, Camat Purwosari:

Pemerintah Kabupaten Pasuruan berencana mengembangkan area River Tubbing Jumpinang yang dikelilingi Kawasan Budidaya Padi Non Pestisida terintegrasi dengan Wisata Edukasi – UPT Budidaya Ternak diarahkan untuk Pengembangan Kawasan Pertanian Terpadu.

  1. Maria Ulfa, Dinas Perindustrian dan Perdagangan – DEKRANASDA:

DEKRANASDA Kabupaten Pasuruan akan mengangkat potensi bambu yang ada di Desa Sumberrejo menjadi aneka craft berbasis bambu dengan pendampingan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Craft bambu yang sudah ada berupa alat penyaji kopi bumbung lengkap dengan gelas bambu, sangat disukai penggemar kopi karena unik.

  1. Ekaning Siti Rahayu, BAPPEDA Kabupaten Pasuruan:

Tumbuh dan berkembangnya pembakti di kampung-kampung diharapkan akan semakin meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan memperbaiki kualitas usulan musrenbang menjadi semakin inovatif dan tepat sasaran, tidak hanya usulan yang bersifat fisik.

  1. Redy Eko Prastyo, Kampung Cempluk, JaPung Nusantara:

Pembakti datang untuk belajar dari kampung.  Para pembakti perlu berkumpul untuk saling menguatkan, untuk bergeliat produktif bagi lingkungan masing-masing.  Selama ini kampung selalu mendapatkan stigma negatif, bahwa hidup dikampung itu tidak keren.  Sementara kampung adalah hulu dari Indonesia, oleh karenanya perlu berbangga bahwa hidup di kampung memiliki nilai tawar lebih.  DNA orang kampung bukan pengeluh, tetapi bersyukur, DNA gotong royong.

Revolusi industri 4.0, lintas teritorial, karena era komunikasi digital, jangan takut idenya dicuri, tetapi para pembakti harus fokus membaikkan lingkungan, dan Sumberrejo menjadi epicentrum, pusat ekosistem ekonomi.  Diharapkan antar pembakti tidak saling berkompetisi, harus saling memperkenalkan, yang penting output-nya bahagia.  Menyelesaikan masalah di Indonesia itu mudah, yaitu dengan duduk ngopi bareng.

  1. Trie Utami, artis nasional:

Hujan adalah tanda yang baik.  Hujan yang datang adalah penyeimbang.  Ketika hujan disambut dengan pikiran baik, semoga kebaikan yang akan terwujud.  Betapa pentingnya kita menjaga keterhubungan kita dengan alam.

Saat ini tebing-tebing telah berubah menjadi sawah-sawah, pohon-pohon banyak ditebangi.  Oleh karenanya, adik-adik yang masih muda harus menjadi reaktor-reaktor untuk mewujudkan kebaikan, dengan kembali duduk bersama untuk mengatur agar hutan-hutan dikembalikan fungsinya dan tidak boleh ditebangi.  Pada jaman dulu, untuk menjaga kelestarian hutan, seseorang yang perlu kayu untuk kepentingan rumahnya akan dimusyawarahkan terlebih dahulu oleh lembaga adat, melakukan upacara kayon sebelum penebangan pohon dan bahkan membungkus kelestarian hutan dalam cerita mistis agar hutan tak dijamah sembarangan.

Setiap dusun harus punya sistem gotong-royong yang diwujudkan dalam security system.  Kalau membangun desa hanya satu aspek ekonomi saja, maka manusia hanya akan menjadi mesin-mesin ekonomi, maka harus dibarengi dengan urusan budaya, termasuk di dalamnya budaya dalam menjaga sumber airnya.

  1. Ali Bahroni, Ketua PANCENE:

Pengembangan pariwisata di kampung arahnya jangan mass tourism, karena kita juga harus memikirkan dampak negatif pariwisata, misalnya pengelolaan sampah.  Potensi kebudayaan seperti karawitan, jaran kepang dan gotong-royong membersihkan lingkungan harus tetap dilestarikan.  Pembangunan di desa harus berbasis kebudayaan supaya masyarakat tidak tercerabut dari akar-karnya.

  1. Eka Wara, Camat Purwosari:

Pengembangan ekonomi mandiri, berbasis swadaya masyarakat, bukan investor dari luar, sehingga masyarakat tidak hanya menjadi penonton.  Di Desa Sumberrejo sumber airnya tidak pernah kering dan ke depannya berharap tidak ada perusahaan AMDK (Air Minum Dalam Kemasan) yang mengambil air di wilayah ini.

  1. Kades Sumberrejo:

Ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang ikut serta berkolaborasi untuk memajukan potensi Desa Sumberrejo.  Dengan melihat langsung potensi Desa Sumberrejo diharapkan para pembakti dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan peluang pasar produk barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat.

  1. Wakil Ketua RW:

River Tubbing Jumpinang baru dikembangkan dua bulan terakhir.  Setiap minggu  masyarakat melakukan kerja bakti/gotong-royong untuk membangun fasilitas umum di area sekitar river tubbing seperti mushollah, kamar ganti, food teras dan tempat parkir sepeda motor.  Telah tersedia 200 paket kelengkapan river tubbing yang keseluruhannya adalah hasil swadaya masyarakat.  Masyarakat Desa Sumberrejo bersepakat tidak menebang pohon, bahkan akan segera dilakukan penanaman 1.000 pohon.  Masyarakat juga memiliki komitmen sosial untuk mensejahterakan lingkungan sekitarnya dengan menyantuni 20 janda di Dusun Manggihan.

  1. Dewi Fathonah, Fath Bordir:

Sebagai wirausaha yang telah menjalani usaha fashion selama 35 tahun, beliau siap untuk mengajar masyarakat se-Indonesia dengan keterampilan menjahit, bordir dan sulam.  Untuk masyarakat yang kurang mampu dan penyandang disabilitas, beliau berkenan mengajar secara gratis dan setelah terampil dipekerjakan di Fath Bordir..

  1. Sri Kholifah, Ketua Yayasan Batik Reksa Natura:

Mulai menekuni batik sejak 2003 dan berhasil mendapatkan penghargaan nasional untuk karya Batik Pasedahan Suropati.  Sejak tahun tersebut hingga saat ini beliau telah keliling mengajarkan batik kepada masyarakat baik di dalam negeri maupun luar negeri.  Apa yang telah dilakukan telah diapresiasi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan mendapatkan penghargaan Pro Poor Award.  Bu Sri Kholifah berkenan mengajarkan batik warna alam ke masyarakat Sumberrejo dan bermaksud menjadikan kawasan beragam vegetasi ini sebagai  Kebun Pewarna Alam Batik.  Perlu diriset pula kemungkinan berbagai tanaman tersebut sebagai tanaman obat.  Ke depannya, setiap tanaman dapat dilabeli dengan berbagai informasi terkait pemanfaatkan daun, kulit, kayu, pola budidaya dan sebagainya.

  1. Ali Bahroni, Ketua PANCENE:

Desa Sumberrejo dapat dimanfaatkan sebagai Laboratorium Pewarna Alam.

  1. Latifu Jaza, Sekretaris PANCENE:

Desa Sumberrejo untuk Ecotourism/Sustainable Tourism, oleh karenya diperlukan pendidikan dan standartisasi pelaku wisatanya.  Diperlukan penjadwalan untuk menyusun rencana tindak lanjut.  Pelaku-pelaku dari Kampung Kopi dan Pendamping Satrya Emas akan mendukung pengembangan Desa Sumberrejo sebagai Ecotourism.

  1. Anang – Aktivis Tengger:

Bromo sebenarnya bukanlah wisata alam atau wisata kebudayaan tetapi wisata spiritual.  Bromo lerengnya sudah habis, kampungnya menjadi warna-warni, nama-nama lokal telah berubah menjadi Bukit Cinta, Bukit TeleTubbies, Bukit Kingkong.  Pada saat hujan, erosi yang terjadi cukup tinggi karena hutan telah berubah fungsi menjadi ladang.

  1. Ali Bahroni, Ketua PANCENE:

Pemerintah tidak mampu melindungi kekhususan Tengger.

  1. Tanggapan Trie Utami:
  2. Ketika kita  tidak  berfikir  tentang  bantuan,  sebenarnya  sedang  meningkatkan  keberdayaan;
  3. Pengelola harus belajar manajemen;
  4. Aktivitas sebagai pengikat kegiatan sosial masyarakat;
  5. Targetnya adalah desa yang berdaulat, dimana setiap orang mampu melihat siapa dirinya, datang dari mana dan sudah berkontribusi terhadap apa, sehingga lahirlah patriot-patriot dari desa. Punya jabatan atau tidak, kedudukannya sama yaitu sebagai warga desa;
  6. Adanya dialog orang Tengger dengan orang luar menyebabkan banyak pergeseran nilai. Di Bali sebenarnya terjadi lebih banyak dialog, karena masyarakatnya masih memegang teguh hukum positifnya.

Dalam kasus Tengger, bukan Pemerintah yang harus melindungi kekhususan Tengger.  Yang bisa menyelamatkan Tengger adalah orang Tengger sendiri.  Yang melanggar hukum adat adalah orang Tengger sendiri.  Untuk menjaga ekosistem diperlukan norma-norma yang disebut Local Wisdom.  Kalau alam kita intervensi tanpa pengetahuan maka akan rusak.

Berbagi bunyi Trie Utami & Anang ( nongkojajar )

Problematika:

  1. Kades Sumberrejo
  2. Kualitas SDM masyarakat Sumberrejo masih perlu ditingkatkan.  Kades Sumberrejo sendiri hanya lulusan SMP, sehingga perlu masukan dan penguatan dari luar untuk meningkatkan kompetensi masyarakat.
  3. Desa Sumberrejo harus menjadi Desa Wisata sehingga perlu dibentuk Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) untuk mengorganisasikan kegiatan kepariwisataan dan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) untuk mempublikasikan potensi Desa Sumberrejo.
  4. Praliksan – Ketua Karang Taruna

Narkoba sudah masuk ke desa-desa, maka dilakukan aktivitas yang melibatkan pemuda-pemuda untuk memberi kesibukan positif dan menghindarkan mereka dari penggunaan narkoba dan obat-obatan terlarang.

  1. Kasun Manggihan:

Jangan berfikir apa yang bias desa berikan ke kita, tapi apa yang kita berikan kepada desa.

  1. Redy Eko Prastyo:

Kantor desa dan masjid perlu diperluas fungsinya sebagai inkubator bagi aktivitas masyarakat.  Setelah aktivitas sholat berjamaah dilakukan diskusi saling silang ide antar jamaah sehingga pulang dari masjid membawa sesuatu pencerahan.

  1. Ir. Rully Fabrian:

Potensi yang ada sudah sangat lengkap, sekarang tinggal menyiapkan agar proses tinggal landas berjalan mulus.

  1. Trie Utami:

Apa yang sudah dilakukan akan menjadi modal keberdayaan, berfikir, tenaga, melakukan.  Dan setiap orang kan berkontribusi.  Ada kendala, itu pasti! Tapi itu adalah pemantik untuk mengatasi.  Problem adalah dinamisasi dari kemajuan .  Perlu untuk memperdalam, memperlebar fungsi kantor desa.  Ini bukan masalah makan cabe rawit, yang begitu makan langsung kres, terasa pedas, tetapi adalah sebuah proses.  Ketika Kades membuka diri, ketika masyarakat akan melakukan sesuatu, maka diperlukan feasibility study untuk dijadikan bahan pertimbangan.  Masalah desa tidak hanya pariwisatatetapi SDM, dll.

Kalau sudah siap, sungai terjaga, sampah sedikit, sampah organic terolah, hutan-hutan ditinjau kembali.

Semua anugerah —potensi Desa Sumberrejo— sebenarnya untuk masyarakat desa sendiri, tidak untuk dijual.  Maka karenanya, orang Desa Sumberrejo memiliki kewajiban untuk mengedukasi pengunjung dalam kontek Ecotourism.

Ke depan harus ada perbaikan yang tangible dan intangible, kesenian-kesenian tergarap, bersih sungai, kopinya dikembangkan, tinggal landas harus disiapkan! (Disarikan oleh: Ekaning Siti Rahayu)

 




Leave a Reply

Your email address will not be published.