Pundhong gedhe, bentuknya bunukan tanah tidak terlalu luas terletak di tengah hamparan areal persawahan. Di tempat ini beberapa warga kadang masih melakukan upacara ngalungi, yakni doa selamat menjelang musim padi untuk sapi-sapi yang digunakan untu bekerja. Berbeda dengan pundhen sekar arum yang ‘milik’ dusun, Ndong Gedhe, begitu kami menyebutnya, ‘dimiliki dusun-dusun lain, tak heran kadang-kadang warga dari dusun lain menghaturkan penghormatan yang sama.
*foto oleh Akbar
Ruang ini diaktivasi lagi sbagai public space sekitar 2018 bersamaan dengan Nginguk Githok pertama setelah sebelumnya lama absen dari memori publik. tentu saja cara kami berbeda karena tidak terikat pada kepercayaan lama secata substansial. tapi tetep aja karena kegiatan tersebut menimbulkan pro kontra karna dianggap menghidupkan bidah. untungnya kesalahpahaman tersebut tidak berlarutlarut. sebagai salah satu strategi selain mengajak agawaman kultural, tim SKRM Squad juga membagi dirinya sebagai penggerak remaja masjid. Potensi kesalah pahaman bisa dimediasi. Sayangnya tahun ini panitia tidak memanfaatkan ruang ini sebagai bagian aktivasi kegiatan publik, untungnya ada Akbar Radityatama dkk yang meremajakan gubuk dengan memberi sedikit karakter mural (yang tentu saja ada yang sepakat ada yang gak haha), membuatnya lebih ‘ramah’.
Demikianlah di kampung yang sacred dan profan bisa hadir bergantian seperti halnya puncak acara ditutup dengan ritual di pundhen, dilanjutkan dangdutan jumat (1/7), masih kurang puas ditutup lagi dengan pengajian (2/7). Setelah semua panggung dikukuti, tinggal capekcapeknya, itungitungan duit (bukan melihat untung tapi berapa besar tomboknya hahahha), dan nunggu gosipgosip yang beredar sehabis acara. mari kita liat perkembangannya