MEMBANGUN TIM PENGGERAK Oleh: A. Bustanul Arif

Untuk menggerakkan masyarakat secara luas kita butuh tim kecil yang solid yang akan menjadi “motor” alias penggerak mereka. Dan penggerak ini pun harus kita seleksi dari mereka, kita didik, kita tempa, dan tentu saja kita dampingi sampai mereka mandiri.

Pada dasarnya masyarakat kita menyukai perubahan. Sesuatu yang tidak statis. Hanya saja, seringkali mereka tidak tahu bagaimana mengawali perubahan itu. Sesungguhnya mereka siap bergerak, asalkan ada yang memotori.

Tidak semua orang punya inisiatif, meskipun mereka ingin melakukan sesuatu. Kadang mereka pun tidak yakin dengan ide-ide dan pikirannya, padahal bagus. Di sinilah tugas kita untuk menciptakan kanal produktif yang bisa menampung segala ide mereka sekaligus merumuskan bersama-sama apa yang harus segera dilakukan.

Inilah yang dinamakan asistensi, pendampingan. Dan sebagai pendamping kita harus menyiapkan strategi agar fungsi leadership bisa dijalankan oleh orang-orang dari lingkungan mereka sendiri, bukan kita.

Di sinilah relevansi tim penggerak harus ada. Mereka adalah motor yang menjalankan fungsi kepemimpinan di masyarakatnya. Fungsi ini tidak saja dalam hal mengolah ide, merumuskan rencana, atau menyusun strategi, tetapi juga memelopori untuk bergerak bersama-sama dengan mereka.

Kita harus percaya pada mereka. Kita harus yakin bahwa mereka pasti bisa. Kepercayaan dan keyakinan ini menjadi modal besar kita agar pendampingan kita berhasil.

Adanya tim penggerak ini akan lebih memudahkan kita dalam melakukan asistensi. Kita tidak selalu harus berhadapan langsung dengan masyarakat luas, melainkan cukup dengan tim kecil ini. Biar mereka yang kemudian berhadapan dengan masyarakat, untuk mengkomunikasikan segala gagasan sekaligus menjaring aspirasi masyarakat. Berikutnya, biar mereka mengenali problem apa saja yang musti dihadapi dan dicarikan pemecahannya, bersama-sama masyarakat tentunya.

Asistensi berikutnya adalah memonitoring kinerja tim dan melakukan evaluasi bersama-sama. Kira-kira masalah apa yang belum bisa dipecahkan. Di situlah kita menawarkan alternatif-alternatif jalan, pilihan-pilihan solusi, yang tentu saja dengan menghadirkan beberapa perspektif yang berbeda dalam rangka meluaskan cakrawala berpikir mereka dan memecahkan kejumudan pikiran.

Yang paling penting lagi adalah motivasi. Mereka harus selalu dibangun motivasinya untuk bergerak dan tak kenal menyerah. Di sini kita tidak saja membangun pola pikir, tetapi juga menempa mental agar mereka tahan banting terhadap apapun. Dalam hal ini kita harus selalu mengapresiasi setiap keberanian mereka, setiap kemajuan mereka, dan setiap keberhasilan mereka, sekecil apapun itu. Dan jangan sekali-kali menyalahkan, karena ini akan mematahkan semangat mereka.

Ingat, tidak ada dosa bagi para pembelajar. Kesalahan-kesalahan yang mungkin dilakukan adalah pembelajaran itu sendiri untuk menemukan apa yang lebih tepat. Oleh karena itu, jangan sampai mereka dihakimi. Carilah kata-kata yang baik untuk mengoreksi atau mengevaluasi kesalahan yang terjadi.

Di sinilah dibutuhkan skill komunikasi. Di sinilah dibutuhkan kelihaian kita merebut hati. Dan semua itu sebenarnya mudah. Kuncinya cuma satu: lakukan semua dengan hati, maka mereka akan meresponmu dengan hati. Artinya, tuluslah dengan mereka, maka mereka pasti akan dengan tulus mengikuti kita.

So, semua kembali ke diri kita. Lakukan semua dengan tulus. Lakukan semua dengan penuh cinta. Biarlah Tuhan yang menentukan hasilnya.

“Do the best, and God will do the rest. ”

Marangkayu, 15 Agustus 2017

*Untuk para pekerja sosial, para pendamping masyarakat, atau volunteer kegiatan sosial.

#timpenggerak




Leave a Reply

Your email address will not be published.